Senin, 02 September 2013

Pengujian Sphygmomanometer Mercury dengan Menggunakan Pascal 100 Berdasarkan The European Standard EN 1060 : 1996


BAB I
PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang
Penyakit tekanan darah pada saat ini telah menjadi suatu penyakit yang dominan yang dialami oleh sebahagian besar orang. Masalah penyakit tekanan darah ini multikompleks sehingga memerlukan usaha penelitian dan ahli kesehatan. Selain itu peralatan yang digunakan pada pemeriksaan tekanan darah ini juga harus diperhatikan, hal tersebut dikarenakan kesalahan didalam pembacaan yang disebabkan oleh peralatan yang digunakan akan mempengaruhi didalam tindakan penyelamatan yang deiberikan kepada pasien tekanan darah ini.
Para peneliti dalam berbagai disiplin ilmu kedokteran berusaha mengadakan penelitian tentang faktor-faktor dari penyakit tekanan darah, penanggulangan dan pengobatannya mengingat penyakit ini banyak dialami oleh banyak manusia terutama pemyakit darah tinggi. Salah satu upaya untuk mendiagnosa suatu penyakit adalah dengan melakukan pengukuran tekanan darah dari pasien, peralatan pengukuran tekanan darah yang umum dipakai oleh dokter dan unit pelayanan kesehatan masyarakat yaitu sphygmomanometer atau sering disebut tensi meter.  
Dari uraian tersebut kita dapat mengetahui beberapa penting kinerja alat ukur tersebut dalam hal kebenaran dan ketepatan pembacaan, karena hasil pengukuran dari sphygmomanometer sangat mempengaruhi didalam melakukan tindakan selanjutnya didalam pengobatan pasien. Jika terjadi penyimpangan terlalu besar dari pengukuran tekanan darah dapat menimbulkan kesalahan diagnose yang berakibat kesalahan dalam penanganan seorang pasien. Salah satu bentuk tindakan pencegahan penyimpangan kinerja dari sphygmomanometer yaitu dengan melakukan pengujian atau kalibrasi. Semakin terjaga nilai penyimpangan dari kinerja sphygmomanometer maka akan terjamin hasil dari pembacaannya. Kalibrasi merupakan sebuah metode yang dipakai untuk menentukan standar kerja dari sphygmomanometer apakah masih layak dipakai atau tidak.
Dalam penjelasan Undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi legal (Lembaran Negara nomor 11 tahun 1981), dijelaskan pula mengenai segala sesuatu dalam ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya secara luas untuk mendapatkan kebenaran dalam hasil pengukuran. Pengaturan tentang metrology menjadi sangat penting karena tertib ukur disegala bidang menyangkut juga segi keamanan bagi umat manusia itu sendiri, yang salah satunya pada pengukuran tekanan darah  harus mempunyai sifat metrologis agar para penggunanya yakin terhadap hasil pengukurannya.
Bertolak dari hal tersebut dan kenyataan yang ada dalam dewasa ini dimana pengukuran tekanan darah sudah banhyak dilaksanakan dalam bidang kesehatan, maka penting untuk mengulas tentang hal-hal yang berhubungan dengan peralatan pengukuran tekanan darah, dan hal ini juga yang mendorong penulis mengambil judul “Pengujian Sphygmomanometer Mercury  dengan Menggunakan Pascal 100 Berdasarkan The European Standard EN 1060 : 1996
 
 1.2                 Perumusan Masalah
 Adapun perumusan permasalahan didalam karya tulis ini adalah :
1.      Apakah sphygmomanometer mercury bekerja sesuai dengan ketentuan-ketentuannya secara baik atau tidak dan dapat digunakan serta memberikan jaminan kebenaran pembacaan diluar kesalahan dari operator?

1.3                 Tujuan Penulisan
Sebagaimana halnya penulisan karya ilmiah pada umumnya, maka penulisan karya tulis mempunyai tujuan :
1.      Untuk memenuhi persyaratan salah satu kurikulum pendidikan dan pelatihan peserta penera ahli metrology tahun 2013 pada Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemetrologian (PPSDMK) di Bandung.
2.      Menentukan koreksi/ kesalahan dari penunjukan sphygmomanometer dengan cara membandingkan antara penunjukan peralatan standar dengan sphygmomanometer yang diuji
3.      Untuk mengetahui cara kerja dan menganalisa dari data yang diperoleh dalam proses pengujian sphygmomanometer, sehingga dapat mengetahui kondisi dari sebuah alat tersebut apakah masih laik untuk dipergunakan.

 1.4                 Batasan Masalah
Untuk mengindari perluasan pokok permasalahan dari karya tulis ini, maka Penulis memberikan batasan masalah dan ruang lingkup. Batasan masalahnya adalah :
1.      Pengujian sphygmomanometer mercury dengan menggunakan metode The European Standard EN 1060 : 1996
2.      Pengujian yang dilakukan hanya menguji kebocoran selang, pengujian untuk memperoleh skala 0 dan pengujian kebenaran dari sphygmomanometer mercury

1.5                 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan didalam karya tulis ini adalah :
1.      Studi literature, berupa studi kepustakaan dan kajian-kajian dari buku-buku teks pendukung
2.      Menggunakan metode The European Standard EN 1060 : 1996, metode ini digunakan pada pengujian non-invasive sphygmomanometers (tidak digital/automatis)
3.      Studi diskusi, berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing mengenai masalah-masalah yang muncul selam penulisan karya tulis ini.

1.6                 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan, maka karya tulis ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :
BAB I



BAB II

BAB III


BAB IV


BAB V
:



:

:


:


:
Menguraikan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pembahasan karya tulis ini, perumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan yang akan dibahas serta sistematika penulisan.
Berisikan tentang teori-teori dasar tentang sphygmomanometer secara luas dan pascal 100.
Membahas tentang metode pengujian dan prosedur pengujian kalibrasi sphygmomanometer mercury dengan menggunakan pascal 100 berdasarkan The European Standard EN 1060 : 1996 
Memuat data pengujian dan menganalisa data hasil pengujian sphygmomanometer mercury menggunakan pascal 100 berdasarkan The European Standard EN 1060 : 1996
Merupakan penutup yang berisikan kesimpulan terhadap hasil penelitian.

Prosedur Pengujian (Mandatori) OIML R16-1


A.1 Metode pengujian kesalahan maksimum pada cuff
A.1.1 Peralatan
􀁸 Bejana logam dengan kapasitas 500 mL ±5%
􀁸 Manometer standar sebagai referensi dengan ketidakpastian kurang dari 0,1 kPa (0,8
mmHg)
􀁸 Penghasil tekanan dengan katup untuk pembuang tekanan
􀁸 Konektor bentuk T dan selang penghubung
A.1.2 Prosedur
Gantilah cuff dengan bejana. Sambungkan manometer referensi dengan menggunakan konektor T dan selang ke sistem pneumatik dari sphygmomanometer (lihat Gambar 2). Lepaskan pompa elektromekanis (bila masih terhubung), hubungkan penghasil tekanan ke sistem yang telah dibuat dengan menggunakan konektor T yang lainnya. Tekanan yang diberikan jangan lebih dari rentang antara 7 kPa (50 mmHg) dan 0 kPa (0 mmHg) dan jangan melebihi dari rentang skala maksimal.
A.1.3 Hasil pengujian
Hasil pengujian adalah selisih antara alat yang diuji dengan alat satandar sebagai referensi (lihat B.2).

A.2 Pengujian untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap penunjukan tekanan
A.2.1 Peralatan
􀁸 Peralatan seperti pada A.1.1. ditambah
􀁸 Ruangan yang sudah dikondisikan suhunya
A.2.2 Prosedur
Gantilah cuff dengan bejana. Hubungkan manometer referensi ke sistem pneumatik dengan
menggunakan konektor T (lihat Gambar 3). Lepaskan pompa elektromagnetis bila masih terhubung.
Hubungkan penghasil tekanan ke sistem pneumatik dengan menggunakan konektor T lainnya.
Bila alat yang dites diletakkan pada ruangan yang telah dikondisikan minimal selama 3 jam, maka harus
mencapai 3 kombinasi kondisi berikut:
􀁸 Suhu 10oC (ambien), kelembaban relatif 85% (tidak mengembun)
􀁸 Suhu 20oC (ambien), kelembaban relatif 85% (tidak mengembun)
􀁸 Suhu 40oC (ambien), kelembaban relatif 85% (tidak mengembun)
Pengujian dilakukan seperti pada A.1.2 untuk masing-masing kombinasi
A.2.3 Hasil pengujian
Hasil pengujian adalah perbedaan harga yang ditunjukkan antara alat yag dites dengan harga dari alat
standar (lihat B.4) pada masing-masing suhu yang sesuai dengan kombinasi.

A.3 Pengujian untuk Mencari MPE (Maximum Permissible Error) setelah disimpan
A.3.1 Peralatan
􀁸 Peralatan seperti pada A.1.1.
A.3.2 Prosedur
Gantilah cuff dengan bejana. Hubungkan manometer referensi ke sistem pneumatik dengan
menggunakan konektor T (lihat Gambar 3). Lepaskan pompa elektromagnetis bila masih terhubung.
Hubungkan penghasil tekanan ke sistem pneumatik dengan menggunakan konektor T lainnya.
Simpanlah alat pada suhu -20oC selama 24 jam, dan simpanlah pula pada suhu 70oC selama 24 jam dan
pada kelembaban relatif 85% (tidak mengembun). Ini adalah dua tes yang terpisah.
Tekanan yang diberikan jangan lebih dari rentang antara 7 kPa (50 mmHg) dan 0 kPa (0 mmHg) dan
jangan melebihi dari rentang skala maksimal.
A.3.3 Hasil pengujian
Hasil pengujian adalah perbedaan harga yang ditunjukkan antara alat yag dites dengan harga dari alat
standar (lihat B.3).

A.4 Pengujian untuk mengecek kebocoran udara pada sistem pneumatik
A.4.1 Peralatan
􀁸 Silinder logam yang kokoh (ukuran lihat 6.1)
􀁸 Penghasil tekanan
􀁸 Pencatat waktu
A.4.2 Prosedur
Bungkuslah silinder logam dengan cuff (catatan: pompa elektromekanis dapat digunakan sebagai bagian
dari tes). Tes dilakukan minimal pada 5 jarak lompatan/selisih tekanan yang sama, misal: 7 kPa (50
mmHg), 13 kPa (100 mmHg), 20 kPa (150 mmHg), 27 kPa (200 mmHg), 34 kPa (250 mmHg). Tes untuk
kebocoran udara adalah lebih 5 menit, dan setelah itu baru bacalah nilai penunjukan tekanan.
A.4.3 Hasil pengujian
Adalah laju penurunan tekanan permenit.

A.5 Pengujian untuk mencari penurunan tekanan pada katup penurun tekanan
A.5.1 Peralatan
􀁸 Konektor T
􀁸 Manometer referensi dengan ketidakpastian < 0,1 kPa (0,8 mmHg)
􀁸 Lengan tiruan
􀁸 Alat perekam data
A.5.2 Prosedur
Pengujian dapat dilakukan pada lengan tiruan atau lengan pasien yang sesungguhnya. Pengujian
minimal harus dilakukan 10 kali setelah itu cuff harus dilepaskan dan dipasang lagi untuk pengujian
berikutnya. Pengujian minimal dilakukan pada 2 ukuran lengan yang berbeda. Katup penurun tekanan
boleh diset ulang selama tes berlangsung.
Hubungkan manometer standar ke sistem pneumatik dengan menggunakan konektor T. Hubungkan
juga output dari manometer standar ke perekam data.
Plot data yang didapat pada grafik penurunan tekanan vs waktu
A.5.3 Hasil pengujian
Hitung laju penurunan tekanan (dengan menghitung tangen) pada 8 kPa (60 mmHg), 16 kPa (120
mmHg), 24 kPa (180 mmHg).
Laju penurunan tekanan adalah rata-rata dari ketiga laju penurunan tekanan pada 3 titik di atas
(dilakukan juga dengan variasi keliling lengan yang berbeda)

A.6 Pengujian pada katup pembuangan udara secara cepat
A.6.1 Peralatan
􀁸 Bejana metal yang kokoh dengan kapasitas 500 mL ± 5%
􀁸 Manometer standar dengtan ketidakpastian < 0,1 kPa (0,8 mmHg)
􀁸 Konektor T
􀁸 Pencatat waktu
A.6.2 Prosedur
Letakkan cuff pada bejana. Hubungkan manometer pada sistem pneumatik dengan menggunakan
konektor T. Berikan tekanan sampai tekanan maksimal dan buka katup pembuangan udara secara cepat.
A.6.3 Hasil pengujian
Catatlah waktu seperti pada 6.2.3

A.7 Pengujian untuk mengecek ketebalan tanda skala dan jaraknya
A.7.1 Peralatan
􀁸 Kaca pembesar atau alat lain yang sejenis
A.7.2 Prosedur
Periksa ketebalan dari tanda skala dan jarak skalanya

A.8 Pengujian untuk mengecek diameter internal dari tabung merkuri
A.8.1 Peralatan
Alat pengukur panjang dengan toleransi 0,05 mm
A.8.2 Prosedur
Ukurlah diameter internal dari tabung merkuri

A.9 Pengujian untuk tes terhadap keamanan kehilangan merkuri
A.9.1 Peralatan
􀁸 Bejana penampung
􀁸 Manometer standar dengan ketidakpastian < 0,1 kPa (0,8 mmHg)
􀁸 Konektor bentuk T
􀁸 Penghasil tekanan

A.10 Metode pengujian untuk mengetahui pengaruh mercury stopping device
A.10.1 Peralatan
􀁸 Alat pencatat waktu
􀁸 Penghasil tekanan
A.10.2 Prosedur
Hubungkan penghasil tekanan pada penampung merkuri menggunakan selang (cuff tidak perlu
dihubungkan). Ketika tekanan yang diberikan sudah lebih dari 27 kPa (200 mHg), tutup tabung dan
lepaskan penghasil tekanan.
Setelah itu lepaskan penutup, dan ukurlah waktu yang dibutuhkan pada merkuri untuk turun dari 27 kPa
(200 mmHg) sampai 5 kPa (40 mmHg). Waktu yang dibutuhkan tidak boleh dari 1,5 sekon.

A.11 Pengujian hysteresis error pada manometer aneroid
A.11.1 Peralatan
􀁸 Bejana logam metal kokoh dengan kapasitas 500 mL ± 5%
􀁸 Manometer standar denga ketidakpastian < 0,1 kPa (0,8 mmHg)
􀁸 Penghasil tekanan
􀁸 Konektor T
A.11.2 Prosedur
Gantilah cuff dengan bejana. Hubungkan manometer referensi ke sistem pneumatik dengan
menggunakan konektor T. Lepaskan pompa elektromagnetis bila masih terhubung. Hubungkan
penghasil tekanan ke sistem pneumatik dengan menggunakan konektor T lainnya.
Ujilah alat dengan menaikkan tekanan langkah demi langkah tidak lebih dari rentang antara 7 kPa (50
mmHg) sampai maksimal. Lalu kurangi tekanan dengan langkah yang sama. Lepaskan manometer
standar selama 5 menit ketika pada tekanan maksimal.
A.11.3 Hasil pengujian
Adalah beda nilai yang ditunjukkan oleh manometer pada saat tekanan naik dan saat tekanan turun
pada satu titik pengukuran.

A.12 Pengujian terhadap konstruksi
A.12.1 Peralatan
Penghasil tekanan yang menghasilkan tekanan sinusoidal dengan variasi antara 3 kPa (20 mmHg) dan 30
kPa (220 mmHg), dengan rentang maksimum 60 siklus/menit.
A.12.2 Prosedur
Lakukan tes seperti pada A.1. Setelah itu lakukan stress test dengan menghubungkan manometer
aneroid secara langsung pada penghasil tekanan. Bangkitkan tekanan sampai 10.000 siklus tekanan. 1 jam setelah tes dilakukan, lakukan lagi tes seperti pada A.1 dengan titik-titik tekanan yang sama seperti sebelum stress test
A.12.3 Hasil pengujian
Adalah selisih antara nilai dari pengujian A.1 sebelum dan setelah dilakukan stress test.